Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Untirta kembali mengadakan kuliah tamu dengan menghadirkan narasumber hebat. Kali ini ialah Okky Madasari. Beliau merupakan sastrawan yang memenangkan Penghargaan Sastra Khatulistiwa. Beliau lulus dari Departemen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada pada 2005 kemudian memilih menjadi jurnalis dan penulis sejak kelulusannya. Kuliah tamu bertema “Sastra Bicara, Bicara Sastra” disambut antusias oleh para mahasiswa.
“Untirta. Petjaaah! Di Serang, Ibukota Provinsi Banten, tak ada toko buku Gramedia. Di satu provinsi itu, toko buku Gramedia hanya ada di Tangerang. Ini sungguh ironi, mengingat letaknya yang bersebelahan dengan ibukota Jakarta. Tapi, dalam keadaan seperti itu, antusiasme pada sastra tinggi. Peserta diskusi sastra membludak, padahal itu acara berbayar. Yang lebih menarik lagi, cukup banyak pembaca saya di sini, sejak Entrok hingga seri Mata. Bahkan tak sedikit yang sudah menganalisisnya untuk skripsi. Lupakan sejenak persoalan dinasti dan korupsi. Dengan pemuda-pemudi seperti ini, masa depan Banten cerah membahana.” Tulis Okky pada akun Facebook miliknya setelah mengisi materi di PBI Untirta.
Novel pertamanya Entrok, sebuah epic tentang kehidupan dibawah kekuasaan totalitarian dan militerisme pada zaman Orde Baru di Indonesia, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan pada Juli 2013 dengan judul The Years of the Voiceless. Dua novel lainnya, Maryam dan Pasung Jiwa, juga diterjemahkan dalam bahasa Inggris masing-masing dengan judul The Outcast dan Bound dan karya-karya lain penggugah kesadaran.Garis merah dari karya-karya Okky ialah beliau selalu menyuarakan permasalahan yang ada dalam masyarakat.
“Sejak awal saya percaya bahwa karya sastra itu seharusnya bisa menyuarakan persoalan-persoalan dalam masyarakat,” kata Okky Madasari
“Penting untuk menunjukkan keteguhan hati, ketetapan sikap, dan bagaimana kita memiliki posisi yang jelas dalam berbagai persoalan masyarakat,” ungkapnya lebih lanjut.
Rahasia menulis produktif menurutnya ialah “Buatlah bagaimana menulis itu sebagai sebuah kebutuhan utama setiap hari. Konsistensi dalam mengelola perhatian dalam mengelola energi dan tenaga.”
Okky juga mengatakan bahwa “Proses ketika saya intens membaca karya sastra itulah yang memberi pengaruh saya terhadap kemampuan saya menulis karya sastra.” Selain menulis, beliau juga merupakan salah satu pendiri ASEAN Literary Festival terkait keilmuannya di bidang hubungan internasional. Beliau ingin melalui ASEAN Literary Festival tidak ada batas antara wilayah serta antara pembaca dan penulis untuk bersama-sama menuangkan ide menyelesaikan permasalahan sosial.
Di akhir kuliah, kegiatan dilanjutkan dengan penandatanganan novel oleh Okky Madasari.